Beberapa waktu terakhir ini kita mengalami musim hujan. Ini berarti bahwa sebagian besar wilayah kita mengalami angin yang berasal dari dataran Tibet yang bertekanan tinggi yang menuju ke arah Australia. Ini sering kita sebut sebagai monsoon Asia. Pada saat angin timut laut mendekati wilayah Indonesia yang berada di selatan khatulistiwa maka dia akan berubah menjadi angin barat laut yang umumnya dialami oleh pulau-pulau besar. Pada saat tersebut angin ini cukup kencang dan mampu untuk menggerakkan permukaan laut menjadi bergelombang lebih tinggi. Masyarakat nelayan umumnya tidak berani melaut ataupun kalau melaut maka yang di dekat pantai karena resikonya bisa lebih kecil mengingat kalau perahu tenggelam maka mereka mudah mencapai pantai. Berikut ini sumber dari BMKG yang mengingatkan kepada kita bahwa angin tidak cukup kencang dan gelombang ya biasa-biasa saja. Hanya yang perlu lebih diwaspadai adalah pada wilayah barat daya Jawa Barat sampai dengan Lampung yang ketinggian gelombangnya besar yakni sampai 5-6 meter. Semoga prakiraan gelombang laut (dan sebenarnya juga suhu permukaan laut) ini tepat. Distribusi suhu permukaan laut membantu untuk menentukan daerah upwelling yang penting untuk area penangkapan ikan. Semoga informasi semacam itu mendapat perhatian penuh dari pemerintah dalam upaya meningkatkan jumlah tangkapan ikan oleh nelayan kita. Jangan sampai justru nelayan atau pengusaha lain yang mempunyai teknologi lebih canggih justru memanfaatka kesempatan dari ketidaktahuan kita dalam menjaga wilayah kedaulatan negara kita khususnya wilayah perairan.
Selamat untuk menerapkan teknologi baru dalam bidang pertahanan laut, khususnya, dengan kapal selam yang kita produksi. Semoga jalesviva jayamahe benar-benar bisa diwujudkan. Produk-produk dalam negeri dari industri strategis nasional bisa turut digunakan juga untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan kita. Salam berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.